Perkaderan Organisasi Otonom Muhammadiyah
Perkaderan Organisasi Otonom Muhammadiyah
PENDAHULUAN
Muhammadiyah
dan ortom bagaikan dua sisi dalam satu mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Muhammadiyah membutuhkan ortom sebagai pemasok calon kader yang dapat menjadi
pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha serta kepemimpinan dalam
Muhammadiyah. Sedangkan, ortom memerlukan Muhammadiyah sebagai tenda besar yang
dapat memayungi aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Kader-kader yang bersemi
dalam ortom tidak lain diarahkan untuk menunjang gerakan persyarikatan di masa
depan. Karena itu, wajar jika Muhammadiyah selalu memperhatikan dan membina
ortom yang ada di persyarikatan.
Dalam
Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 21 dijelaskan bahwa ortom adalah satuan
organisasi di bawah persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur
rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan oleh Pimpinan
Muhammadiyah. Tugas pokok ortom, sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah pasal 20, adalah membina warga Muhammadiyah dan kelompok
masyarakat tertentu sesuai bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam rangka
mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Ortom
Muhammadiyah sebagai badan yang mempunyai otonomi dalam mengatur rumah
tangganya sendiri mempunyai jaringan struktur mulai dari tingkat pusat hingga
kelompok- kelompok atau jama'ah-jam'ah. Dalam mendirikan ortom, terdapat
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
Mempunyai
fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
2.
Mempunyai
potensi dan ruang lingkup nasional.
3.
Merupakan
kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.
Secara kelembagaan,
Muhammadiyah memiliki tujuh ortom. Dari tujuh ortom yang ada, dikelompokkan
menjadi dua kategori, yakni ortom khusus dan umum. Ortom khusus adalah ortom
yang seluruh anggotanya sudah menjadi anggota Muhammadiyah. Ortom khusus diberi
kewenangan untuk menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan
Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan yang membidanginya. Ortom
khusus yang dimaksud adalah 'Aisyiyah. Sedangkan, ortom umum adalah ortom yang
anggotanya belum seluruhnya anggota Muhammadiyah. Ortom umum yaitu:
1.
Pandu
Hizbul Wathan
2.
Nasyiatul
'Aisyiah (Nasyiah)
3.
Pemuda
Muhammadiyah
4.
Ikatan
Pelajar Muhammadiyah
5.
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah dan
6.
Tapak
Suci Putera Muhammadiyah.
Perlu kalian
ketahui bahwa semua ortom Muhammadiyah di atas memiliki tujuan masing-masing
sesuai dengan bidang garap dan/ atau kelompok yang dibina. Dalam mewujudkan
tujuan ortom, maka masing-masing memiliki sistem perkaderan yang berbeda. Di
bawah ini akan diuraikan mengenai jenis, bentuk dan struktur penjenjangan
perkaderan masing-masing ortom Muhammadiyah.
A.
Perkaderan 'Aisyiyah
Kaderisasi
'Aisyiyah diarahkan untuk membentuk kader yang mampu menggerakkan, memajukan
dan mengembangkan organisasi. Selain itu juga untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas kader yang memiliki integritas, kompetensi keagamaan dan keilmuan,
militansi, ghirah (semangat) perjuangan, sikap dan tindakan yang berpegang pada
nilai-nilai Islam berkemajuan sehingga dapat berperan dalam 'Aisyiyah,
Persyarikatan Muhammadiyah, dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa serta
dalam konteks global. Kaderisasi 'Aisyiyah diarahkan pada:
1.
Nilai-nilai
Islam yang berwatak tajdid sebagaimana dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan, yaitu
nilai-nilai Islam yang berkemajuan, untuk menjawab tantangan zaman.
2.
Penanaman
ideologi gerakan untuk menumbuh-kembangkan idealisme, komitmen, integritas,
militansi, solidaritas, dan pembelaan terhadap misi dan kepentingan gerakan.
3.
Transformasi
pembudayaan nilai-nilai perjuangan Muhammadiyah dan 'Aisyiyah untuk menanamkan
pengkhidmatan dalam gerakan.
4.
Berbasis
pada kompetensi dan potensi sebagai kekuatan aktual dalam mendukung gerakan
'Aisyiyah.
5.
Berbasis
pada kekuatan mentalitas yang menyangkut karakter, kepribadian dan pola
tindakan yang positif berbasis kepribadian Muhammadiyah untuk melahirkan
dinamika dan sikap proaktif dalam menjalankan peran gerakan.
6.
Penguatan
sinergi peran kader sebagai kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa
dalam satu kesatuan peran dalam menjalankan misi gerakan 'Aisyiyah.
Melihat arah
kaderisasi di atas, maka perkaderan 'Asyiyah diupayakan untuk tercapainya
kompetensi perkaderan Muhammadiyah yang telah dirumuskan dalam Sistem
Perkaderan Muhammadiyah, serta kompetensi kepemimpinan dan nilai-nilai
perjuangan 'Aisyiyah. Ada 4 (empat) pilar perkaderan dalam 'Aisyiyah, yaitu:
1.
Kaderisasi Keluarga
Kaderisasi keluarga adalah upaya transformasi nilai
yang ditanamkan sejak dini untuk kepentingan kaderisasi dan pengembangan
gerakan 'Aisyiyah. Tujuan pembinaan kaderisasi keluarga diarahkan pada
terbentuknya kepribadian individu menjadi pribadi muslim, mukmin, muhsin dan
muttaqin dalam keluarga, sebagaimana kualitas individu utama yang
dicita-citakan 'Aisyiyah. Dengan kader yang berkualitas Islami dimaksudkan
untuk membentuk keluarga sakinah; qaryah thayyibah. Qaryah thayyibah yaitu
suatu perkampungan atau desa di mana masyarakatnya menjalankan ajaran Islam
secara kaffah, baik dalam hablun minallah maupun hablun minannas, dalam segala
aspek kehidupannya yang meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah
duniawiah.
2.
Kaderisasi melalui Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM)
AMM adalah wadah kegiatan secara organisatoris
fungsional bahkan potensial bagi regenerasi organisasi. AMM memiliki peran
sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna 'Aisyiyah. Warga AMM dengan
idealisme tinggi, daya kritis yang tajam, dan daya sensitivitas serta fisik
yang prima menjadi sumber daya organisasi yang kondusif bagi penerus kegiatan
'Aisyiyah.
Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pembinaan kader
AMM putri, antara lain menyediakan kegiatan yang sejalan dengan minat kaum muda
dan yang sesuai dengan spirit zaman, menyediakan dukungan bagi peningkatan
kualitas diri mereka. Contohnya melibatkan warga AMM Putri dalam setiap
kegiatan 'Aisyiyah, menyediakan jalur regenerasi struktural dan non struktural
organisasi, mensosialisasikan semangat, dan bangga ber-'Aisyiyah kepada
generasi muda putri.
3.
Kaderisasi melalui Amal Usaha 'Aisyiyah
Sebagai ortom khusus, 'Aisyiyah memiliki amal usaha
yang boleh jadi sama dengan Muhammadiyah. Amal Usaha 'Aisyiyah adalah wahana
melaksanakan misi dakwah dan kaderisasi 'Aisyiyah Sebagai tempat kaderisasi,
seluruh program dan aktivitas di Amal Usaha merupakan proses kaderisasi untuk
menyiapkan kader- kader pelopor, pelangsung, penerus dan penyempurna Amal Usaha
'Aisyiyah dalam menunaikan tugas dakwah Islamiyah, amar ma'ruf nahi munkar,
serta mengembangkan, menginternalisasikan dan mensosialisasikan ideologi
Muhmmadiyah dan nilai-nilai perjuangan 'Aisyiyah. Di antara usaha kaderisasi
lewat Amal Usaha 'Aisyiyah adalah:
a.
menyediakan
kesempatan bagi segenap individu untuk meningkatkan kualitas diri lewat ke-'Aisyiyahan
b.
menyediakan
publikasi kegiatan 'Aisyiyah
c.
menyelenggarakan
Darul Arqam dan Baitul Arqam
d.
melibatkan
warga amal usaha untuk terlibat dan aktif dalam kegiatan Muhammadiyah dan
'Aisyiyah di tempat tinggalnya masing-masing.
4.
Kaderisasi Pimpinan Organisasi
Kaderisasi Pimpinan adalah upaya pembinaan dan
pengembangan kader pada level Pimpinan 'Aisyiyah dari tingkat Pusat sampai
Ranting dan Pimpinan AMM Putri. Langkah optimalisasi kaderisasi Pimpinan
dilakukan dengan usaha-usaha seperti program Ideologi, Politik dan Organisasi
(ideopolitor), serta penyiapan kader secara formal dalam setiap tingkat
pimpinan yang diatur secara struktural sehinga dapat dimonitor dan dievaluasi.
Di dalam "Sistem Perkaderan 'Aisyiyah"
dijelaskan bahwa jenis dan bentuk kaderisasinya dilakukan melalui jalur formal,
non formal, informal dan khusus.
a.
Perkaderan
Formal
Perkaderan formal adalah bentuk perkaderan yang
dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dalam berbagai macam bentuk dan jenis. Di
antara contoh perkaderan formal adalah Baitul Arqam 'Aisyiyah, dan pelatihan
khusus yang dilaksanakan oleh pimpinan organisasi, Majelis maupun Lembaga.
Pelatihan khusus 'Aisyiyah mencakup semua bidang, antara lain kepemimpinan,
tabligh, sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup.
b.
Perkaderan
Non Formal
Perkaderan non formal merupakan perkaderan yang
dilaksanakan secara terprogram di luar kegiatan pelatihan. Bentuk- bentuk dari
perkaderan non formal 'Aisyiyah antara lain Penataran Pimpinan, Penyegaran atau
Revitalisasi Pimpinan, Ideopolitor, pengajian Ramadhan, dan Pengajian serta
kajian khusus untuk mendalami nilai-nilai perjuangan 'Aisyiyah.
c.
Perkaderan
Informal
Perkaderan Informal merupakan kegiatan perkaderan yang
dilakukan secara tidak resmi dalam interaksi kehidupan antara anggota,
pimpinan, maupun kader; tanpa perencanaan sistematik, baik kurikulum, metode,
waktu maupun tempatnya. Pelaksanaan perkaderan informal dilakukan melalui
pembinaan keluarga sakinah, pembinaan kehidupan Islami dan 'Aisyiyah melalui
kegiatan- kegiatan di semua jenjang organisasi, di Amal Usaha 'Aisyiyah, dan
Qaryah Thayyibah, pembangunan kekuatan jamaah melalui Gerakan Jama'ahdan Dakwah
Jama'ah, serta pengembangan sistem asistensi (Jawa: kader intilan).
d.
Perkaderan
Khusus
Perkaderan Khusus adalah bentuk perkaderan yang secara
khusus dilakukan untuk menyiapkan kader-kader 'Aisyiyah melalui berbagai macam
dan jenis perkaderan secara komprehensif. Bentuk perkaderan khusus dirancang
melalui perkaderan Pondok Pesantren dan Sekolah Kader.
B.
Perkaderan Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM)
IPM adalah
gerakan Islam yang menegakkan nilai-nilai tauhid di muka bumi ini. Nilai-nilai
tauhid yang telah diperjuangkan oleh para nabi sejak Nabi Adam AS hingga
Muhammad saw. Tauhid yang berisi ajaran amar ma'ruf (humanisasi dan
emansipasi), nahi munkar (liberasi/pembebasan) dan tu'minuna billah
(spiritualisasi). Tiga nilai itulah yang menjadi dasar bagi IPM untuk
menjadikan Islam sebagai agama yang transformatif, kritis terhadap realitas
sosial, pro perubahan, anti-ketidakadilan, anti-penindasan, anti-pembodohan
serta memihak pada nilai-nilai kemanusiaan. Itulah yang dinamakan Islam
transformatif yang menjadi cara pandang IPM dalam berjuang dan harus tertanam
kuat pada setiap diri kadernya.
1.
Disiplin
menerapkan kaderisasi dalam setiap tingkatan.
2.
Memperbanyak
aktivitas-aktivitas perkaderan, baik bersifat formal maupun informal.
3.
Melakukan
pendampingan intensif terhadap kader-kader.
4.
Memberi
wadah aktualisasi potensi bagi para kader sesuai dengan minat dan bakat.
Tujuan perkaderan IPM adalah membentuk kader-kader yang memiliki sikap, pikiran, pengetahuan, perilaku, dan kecakapan sehingga menumbuhkan kegemaran berdakwah Islamiyah sesuai dengan kepribadian IPM dalam rangka mencapai tujuan IPM. Komponen perkaderan IPM terdiri dari perkaderan formal dan non formal. Perkaderan formal IPM adalah usaha kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan pendampingan yang diselenggarakan secara terpogram, terpadu, terarah dan bertujuan untuk mencapai tujuan perkaderan IPM.
Di samping
itu, dalam IPM juga terdapat pelatihan formal pelengkap, yakni model pelatihan
dan/atau pendidikan yang diselenggarakan oleh IPM dalam bentuk kursus-kursus
singkat sebagai pelengkap dari pelatihan kader utama dan juga pendukung. Jenis
pelatihannya disesuaikan dengan hasil evaluasi pasca pelatihan dan kebutuhan
penilaian need assessment warga belajar (output). Selain adanya perkaderan
formal utama, IPM juga memiliki kegiatan perkaderan non formal. Perkaderan non
formal merupakan segala kegiatan di luar perkaderan formal yang diikuti oleh
simpatisan dan anggota yang dapat menunjang proses kaderisasi IPM. Bentuk
perkaderan non formal ini dilakukan melalui pendidikan atau pelatihan, yaitu
kegiatan yang memberikan penambahan wawasan serta keterampilan kepada kader,
anggota atau simpatisan. Pendidikan dan pelatihan ini tidak disertai prosedur
yang ketat, karena dapat pula dijadikan sarana sosialisasi ide-ide perjuangan
IPM kepada pihak luar, misalnya: Pelatihan Sadar Gender, SRATK, PMKIR, Di
samping melalui pendidikan dan pelatihan, perkaderan non formal IPM juga
dilaksanakan lewat berbagai aktivitas, misalnya sebagai pimpinan, kepanitiaan,
kemasyarakatan, dan juga persyarikatan.
C.
Perkaderan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM)
Sebagai salah
satu bagian dari gerakan kader Muhammadiyah, orientasi perkaderan IMM diarahkan
pada terbentuknya kader yang siap berkembang sesuai dengan spesifikasi profesi
yang ditekuninya, kritis, logis, terampil dan juga progresif Kualitas kader yang
demikian ditransformasikan dalam tiga lahan aktualisasi, yakni: kader
persyarikatan, kader umat dan kader bangsa. Secara substansial, arah perkaderan
IMM adalah penciptaan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik
memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, berakhlak mulia dengan
proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggungjawab dan memiliki komitmen
dan kompetensi perjuangan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar.
1.
Komponen Pra-Perkaderan
Komponen Pra-Perkaderan yaitu suatu komponen awal yang
berfungsi untuk mengenalkan dan memasyarakatkan IMM, sekaligus sebagai wahana
rekruitmen anggota serta sebagai persiapan untuk memasuki perkaderan Darul
Arqam Dasar (DAD). Komponen Pra- Perkaderan IMM disebut dengan Masa Ta'aruf
(Masta).
2.
Komponen Perkaderan Utama
Komponen Perkaderan Utama yaitu komponen utama yang
bersifat wajib dan merupakan komponen pokok perkaderan IMM. Komponen ini
bersifat mengikat dan secara struktural menjadi prasarat tertentu. Secara
berjenjang, perkaderan utama IMM terdiri dari tingkatan-tingkatan sebagai
berikut:
a.
Darul
Arqam Dasar (DAD)
b.
Darul
Arqam Madya (DAM) dan
c.
Darul
Arqam Paripurna (DAP).
3.
Komponen Perkaderan Khusus
Komponen Perkaderan Khusus yaitu komponen perkaderan
yang ditujukan dalam rangka mendukung komponen utama dengan pendekatan khusus.
Komponen ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan, keterampilan,
dan kecakapan khusus. Komponen perkaderan Khusus terdiri dari:
a.
Latihan
Instruktur Dasar (DID)
b.
Latihan
Instruktur Madya (LIM) dan
c.
Latihan
Instruktur Paripurna (LIP).
4.
Komponen Perkaderan Pendukung
Komponen Perkaderan Pendukung yaitu komponen
perkaderan yang dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai dengan
minat, bakat, keterampilan, keahlian dan kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan
proses kaderisasi IMM. Komponen Perkaderan Pendukung dilaksanakan secara
integral dengan pelaksanaan aktivitas dan program organisasi IMM.
Komponen perkaderan pendukung terdiri dari perkaderan
pendukung pokok dan tambahan. Perkaderan pendukung pokok adalah perkaderan yang
dilaksanakan secara sistematik yang diatur, dikembangkan dan ditetapkan oleh
masing-masing bidang IMM. Contoh perkaderan pendukung adalah: Pelatihan
Jurnalistik, Pelatihan Kewirausahaan, Pelatihan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah,
dan Pendidikan Immawati. Perkaderan pendukung tambahan adalah semua bentuk dan
proses kaderisasi yang tidak diatur secara khusus (terbuka bebas), seperti
kelompok studi, penokohan kader, dan forum kajian.
D.
Perkaderan Nasyiatul 'Aisyiyah
(Nasyiah)
Sistem
perkaderan Nasyiah merupakan suatu rangkaian proses kegiatan pelatihan terpadu
yang terencana, terarah, sistematis, berkesinambungan dan menyeluruh dalam
rangka menyiapkan kader Nasyiah, kader Aisyiyah, kader Muhammadiyah, 'AISYIYAH
serta kader umat maupun bangsa. Tujuan diselenggarakannya perkaderan Nasyiah
adalah membentuk kader yang mampu menggerakkan organisasi, mengamalkan ajaran
Islam dalam rangka mencapai tujuan Nasyiah yang senantiasa memiliki keterikatan
pada pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.
1.
Perkaderan Formal
Perkaderan Formal adalah perkaderan yang wajib diikuti
oleh semua anggota Nasyiah, berjenjang dan merupakan satu rangkaian yang utuh
dari sistem perkaderan Nasyiah. Ditinjau dari segi jenjangnya, perkaderan
formal Nasyiah terdiri dari Darul Arqam Nasyiatul Aisyiyah (DANA). Kegiatan
DANA terdiri dari tiga jenjang, yaitu:
a.
DANA
I, bertujuan untuk menyiapkan kader pimpinan Nasyiah yang memiliki kesadaran
beragama dan berorganisasi. Penanggungjawab DANA I adalah Pimpinan Cabang dan
atau pimpinan pada tingkat di bawah atau di atasnya.
b.
DANA
II, bertujuan untuk menyiapkan kader pimpinan Nasyiah yang memiliki kesadaran
beragama dan mampu menggerakkan organisasi. Penanggungjawab DANA II adalah
Pimpinan Daerah Nasyiah dan/atau pimpinan pada tingkat di bawah atau di
atasnya.
c.
DANA
III, bertujuan untuk menyiapkan kader pimpinan Nasyiah yang memiliki integritas
kuat dalam menggerakkan dan mengembangkan organisasi dalam rangka dakwah untuk
mencapai tujuan Nasyiah. Penanggungjawab DANA III adalah Pimpinan Wilayah
dan/atau pimpinan pada tingkat di bawah atau di atasnya.
Selanjutnya, dalam Nasyiah juga terdapat perkaderan
lainnya yang biasa disebut dengan Latihan Instruktur Nasyiatul Aisyiyah (LINA).
Terdapat dua jenjang di dalam LINA, yaitu:
a.
LINA
I, bertujuan untuk menyiapkan instruktur yang mampu mengelola DANA I dan II.
Kegiatan LINA I diselenggarakan Pimpinan Daerah Nasyiah dan/atau pimpinan pada
tingkat di bawah atau di atasnya.
b.
LINA
II, diselenggarakan untuk menyiapkan instruktur yang mampu mengelola DANA III
dan LINA I. Kegiatan LINA II diselenggarakan oleh pimpinan Wilayah Nasyiah
dan/atau pimpinan pada tingkat di bawah atau di atasnya.
2.
Perkaderan Non Formal
Perkaderan Non Formal adalah perkaderan yang sifatnya
pilihan, sesuai minat dan bakat yang dimiliki anggota Nasyiah dengan tujuan
untuk mengembangkan keterampilannya. Perkaderan non formal bersifat untuk
menambah keterampilan anggota Nasyiah. Perkaderan ini diselenggarakan di semua
tingkat dengan tanpa syarat perjenjangan, kecuali untuk Pelatihan Mubaligh
Nasyiah. Perkaderan non formal terdiri dari Pelatihan Mubaligh Nasyiah (PMN),
Pelatihan Kewirausahaan, Pelatihan Persiapan Keluarga Sakinah, Pelatihan
Jurnalistik dan juga Pelatihan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan.
3.
Perkaderan Informal
Perkaderan Informal merupakan perkaderan yang sifatnya
menunjang pengembangan dan pelaksanaan organisasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing tingkatan. Perkaderan informal terdiri dari Up-Grading
Pimpinan, Refresing Pimpinan dan Penataran Pimpinan.
E.
Perkaderan Pemuda Muhammadiyah
Pemuda
Muhammadiyah lahir dengan semangat yang sama dengan berdirinya Muhammadiyah
yaitu membangun generasi yang tangguh untuk masa mendatang. Pemuda Muhammadiyah
hadir sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Visi
Pemuda Muhammadiyah adalah mempersiapkan kader dan generasi muda Indonesia
untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam, penuh dinamika
dan berbagai kepentingan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
Dalam
mewujudkan visi tersebut, pemuda Muhammadiyah senantiasa menyelenggarakan
kaderisasi secara memadai. Tujuan penyelenggaraan kaderisasi pemuda
Muhammadiyah terdiri dari tiga hal, yaitu:
1.
Terciptanya
kader pimpinan yang siap berkembang, baik dalam rangka transformasi kader
maupun suksesi kepemimpinan di lingkungan persyarikatan dan Angakatan Muda
Muhammadiyah.
2.
Terciptanya
kader dakwah Islam dalam amar ma'ruf nahi munkar, yang mampu menjawab aspirasi
umat, memiliki komitmen dan keberpihakan pada perjuangan umat Islam dan
Muhammadiyah.
3.
Terciptaya
kader bangsa yang dinamis, terampil dan tanggap terhadap perubahan dan
perkembangan masyarakat, sehingga mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa
dan umat Islam.
1.
Perkaderan formal Pemuda Muhammadiyah terdiri dari:
a.
Pelatihan
Kepemimpinan
Pelatihan kepemimpinan yang bersifat wajib
dilaksanakan dalam kesatuan waktu tertentu dan berjenjang, seperti Pelatihan
Melati Tunas, Pelatihan Melati Muda, Pelatihan Melati Dewasa dan Pelatihan
Melati Paripurna.
b.
Pelatihan
Pelatih
Suatu perkaderan formal untuk mempersiapkan instruktur
yang mampu mengelola perkaderan di Pemuda Muhammadiyah. Pelatihan Pelatih
terdiri dari Pelatihan Pelatih Tunas, Pelatihan Pelatih Muda, Pelatihan Pelatih
Dewasa, dan Pelatihan Pelatih Nasional.
c.
Penataran
Pimpinan khusus pimpinan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu tertentu,
bertujuan sebagai penyegaran, motivasi (ideologi) dan penyegaran kerja
organisasi.
d.
Pelatihan
Kader Khusus Dakwah; dan
e.
Pelatihan
Khusus Siyasah atau Politik.
2.
Perkaderan Non Formal Pemuda Muhammadiyah
Perkaderan Non Formal Pemuda Muhammadiyah terdiri dari
Pelatihan Kader Khusus Tarjih, dan Pelatihan Kader Khusus Keterampilan
F.
Perkaderan Kepanduan Hizbul
Wathan (HW)
HW merupakan
gerakan kepanduan dalam Muhammadiyah. Pandu HW didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada
tahun 1918. Di antara bentuk-bentuk perkaderan Hizbul Wathan adalah kursus
Pemimpin Pandu. Kursus pemimpin Pandu terdiri dari Jaya Melati I dan Jaya
Melati II. Jaya Melati I terdiri dari kursus administrasi/staff Kwartir, Kursus
Instruktur, dan Kursus Ketrampilan. Sedangkan Jaya Melati II terdiri dari
Kursus pelatih pimpinan pandu yang dalam penjenjangannya terdiri dari Jaya
Matahari I dan Jaya Matahari II, Kursus Pengelola Kwartir dan Kursus Pengelola
Kabilah.
G.
Perkaderan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah (TS)
Tapak Suci
sebagai salah satu varian seni beladiri memilki ciri khas yang membedakan
dengan bela diri yang lainnya. Tapak Suci memilki landasan agama dan kebangsaan
yang kuat serta menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik
(menyekutukan Allah) dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan
bangsa.
Pada Sidang
Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci ditetapkan sebagai ortom di
lingkungan Muhammadiyah. Maksud dan tujuan Tapak Suci adalah:
1.
Mendidik
serta membina ketangkasan dan keterampilan pencak silat sebagai seni beladiri
Indonesia.
2.
Memelihara
kemurnian pencak silat sebagai seni beladiri Indonesia yang tidak menyimpang
dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral.
3.
Mendidik
dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
4.
Melalui
seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar
dalam usaha mempertinggi ketahanan nasional.
1.
Tingkatan Siswa
Tingkatan ini ditandai dengan sabuk warna kuning
dengan melati berwarna cokelat di atas dasar kuning. Tingkatan ini terbagi
dalam Lima Tingkat, yaitu:
a.
Siswa
Dasar, ditandai dengan sabuk berwarna kuning polos.
b.
Siswa
Dasar Satu, ditandai dengan sabuk berwarna kuning melati satu
c.
Siswa
Dasar Dua, ditandai dengan sabuk berwarna kuning melati dua.
d.
Siswa
Dasar Tiga, ditandai dengan sabuk berwarna kuning melati tiga.
e.
Siswa
Dasar Empat, ditandai dengan sabuk berwarna kuning melati empat.
2.
Tingkatan Kader
Tingkatan Kader dalam Tapak Suci ditandai dengan sabuk
biru dengan melati berwarna Merah di atas dasar Biru. Tingkatan ini terbagi
dalam lima tingkat, yaitu:
a.
Kader
Dasar, ditandai dengan sabuk biru polos.
b.
Kader
Muda, ditandai dengan sabuk biru melati satu.
c.
Kader
Madya, ditandai dengan sabuk biru melati dua.
d.
Kader
Kepala, ditandai dengan sabuk biru melati tiga.
e.
Kader
Utama, ditandai dengan sabuk biru melati empat.
3.
Tingkatan Pendekar
Tingkatan Pendekar dalam Tapak Suci ditandai dengan
sabuk warna hitam dengan melati berwarna hitam di atas dasar merah. Tingkatan
ini terbagi dalam 5 tingkat:
a.
Pendekar
Muda (PMa), ditandai dengan sabuk hitam polos.
b.
Pendekar
Madya (PMdy), ditandai dengan sabuk hitam melati satu.
c.
Pendekar
Kepala (PKa), ditandai dengan sabuk hitam melati dua.
d.
Pendekar
Utama (PUa), ditandai dengan sabuk hitam melati tiga.
e.
Pendekar
Besar (PBr), ditandai dengan sabuk hitam melati empat.
Di dalam Tapak Suci juga dikenal adanya Pendekar
Kehormatan. Pendekar kehormatan diberikan kepada anggota kehormatan Tapak Suci
atas keputusan Pimpinan Pusat Tapak Suci yang ditandai dengan sabuk hitam
dengan melati hitam di atas dasar hijau.
Sumber: Buku Pendidikan Kemuhammadiyahan kelas XII diterbitkan oleh Majelis DIKDASMEN PP Muhammadiyah
Komentar
Posting Komentar