Agama Cinta Ibnu 'Arabi


Agama Cinta


Sementara dalam dewasa ini para ahli fikih, cendekiawan muslim dan kita masih bersilang-sengketa mengenai kedudukan non-Muslim di negeri mayoritas Muslim. Marilah sejenak kita resapi pandangan lama Ibn ‘Arabi yang telah melangkah jauh dengan mengintroduksi agama cinta. Perbedaan-perbedaan di ranah eksoterik fikih ini luluh dalam agama cinta Muhyiddin Ibn ‘Arabi dalam salah satu deretan bait puisinya berikut:
Tarian sufi




Aku pernah menyangkal sahabatku
karena agamaku tak sama dengan agamanya
(Kini) aku telah terbuka
Menerima segala bentuk agama
Padang rumput bagi rusa
Rumah bagi berhala-berhala
Gereja bagi para pendeta
Ka’bah untuk orang thawaf
Papan-papan Taurat
Suhuf-suhuf al-Qur’an
            Aku mereguk agama cinta
Kemanapun dia menuju
Cinta kepadanya
adalah agama dan keyakinanku

Dalam sya’ir di atas, Ibn ‘Arabi tidak memandang semua agama sama muaranya dan jalan-jalan yang diturunkan Tuhan kepada umat manusia akan mengantarkan pada puncak yang sama. Tetapi ia ingin mengembalikan hakikat agama sesuai dengan kodratnya, yaitu sebagai agama rahmatan lil ‘alamin bukan hanya rahmatan lil muslimin.
Hermeneutika dalam bait awal digambarkan sebagai seseorang yang semenjak lahirnya telah terdoktrin bahwa segala kebaikan hanyalah milik orang-orang muslim saja. Ia hendak ‘menyangkal sahabat’ lintas agamanya atau kalau enggan dikatakan hendak memaksakan pemahamanya agar orang itu untuk ikut masuk memeluk Islam sebagai agamanya. Namun pada bait-bait selanjutnya, setelah ia mulai memahami agamanya secara mendalam, akhirnya ia sampai kepada pemahaman bahwa Islam adalah Agama yang menebarkan kedamaian, kesejahteraan dan cinta keseluruh penjuru alam semesta. Dia tidak lagi memaksakan pandanganya, melainkan membuat semesta­­­­
­­merasakan kedamaian sebagai konsekuensi dari ajaranya yang universal. Sehingga pada puncaknya, ia merasakan keindahan, kesenangan dan kebahagiaan sebagai kompensasi dari keberhasilanya memahami hakikat beragama.
Lewat tassawuf-falsafinya, Ibn ‘Arabi membuka tirai dan menghapus sekat diantara para pemeluk agama yang berbeda. Sebagaimana Jalaludin Rumi yang juga menyuarakan pendapat serupa. Bahwa visi pokok ajaran agama adalah cinta dan kasih. Kerap diceritakan bahwa murid-murid Rumi terdapat orang-orang Nashrani dan Yahudi. Apa yang dirintis oleh kedua sufi ini adalah jalan untuk menampilkan keramahan agama. Itu senafas dengan firman Allah “wa rahmati wasi’at kulla syaiin” (sesungguhnya kasih sayang-Ku melampaui semua hal) (QS. 7: 156).
Dalam kitabnya Dzakhair al-‘Alaq Syarh turjuman al-Asywaq. Di sana Ibn ‘Arabi menjelaskan bahwa yang dimaksud “agama cinta” adalah agama Nabi Muhammad SAW. Itu merujuk kepada (QS. Ali Imran 3: 31). “Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian..”.
Maka dari itu, Ibn ‘Arabi sekali lagi ingin menegaskan bahwa cinta kepada Tuhan (Allah) harus dibuktikan dengan mengikuti syariat dan sunnah Rasul-Nya, atau __dengan kata lain__puncak dari kecintaan makhluk kepada Tuhanya adalah dengan bersungguh-sungguh dan khusyu’ beribadah (mencintai sepenuh hati) kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, yang penting dan perlu dilakukan dalam dewasa ini adalah membangun kedewasaan dalam beragama. Para pemeluk agama-agama harus menghayati ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh, sereligius-religiusnya, dan sedekat-dekatnya mereka dengan Tuhannya, sehingga jiwa mereka menjadi bersih. Lalu mereka hendaknya beragama secara dewasa dan memandang agama orang lain juga secara dewasa! Dari situ akan tercipta toleransi yang hakiki, toleransi yang anggun.
Introduksi agama cinta disaat kekerasan, diskriminasi dan islamophobia datang bertubi-tubi adalah oasis. Kita ingin mengembalikan Islam kepada semangat dan khittah awalnya sebagai agama cinta bukan agama prasangka. Agama yang terus-menerus mengkampanyekan dengan jalan teror dan kekerasan akan kehilangan simpati dari pemeluk agama itu apalagi dari orang lain. Sementara agama yang direklamekan dengan cinta, maka ia akan mengundang selera. Demikian Wa Allahu A’lam []

Komentar

POPULER