KADERISASI MUHAMMADIYAH

 KADERISASI MUHAMMADIYAH 

 


Unduh ppt disini


Kader dan Kaderisasi

Kader adalah inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang lebih besar dan terorganisir secara permanen. Sedangkan kaderisasi adalah proses pencetakan kader. 

Tujuan Perkaderan Muhammadiyah 

Terbentuknya kader Muhammadiyah yang memiliki ruh(spirit) serta integritas dan kompetensi untuk berperan dipersyarikatan, umat serta bangsa dan negara.

Peran dan Tanggung Jawab Kader

Mengembangkan       organisasi        serta     menghindarkan           ideologi dari    adanya distorsi (penyimpangan).

A.    Pendahuluan 

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misidakwah dan tajdid memiliki misi dan tujuan yang harus diwujudkan,yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehinggaterwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perwujudanmisi, usaha, dan tujuan yang luhur itu memerlukan subjek ataupelaku gerakan, yakni anggota Muhammadiyah. AnggotaMuhammadiyah yang memiliki kualitas dan tugas khusus tertentuadalah kader. Sedangkan yang mengorganisasi dalam sistem adalahpimpinan Muhammadiyah yang berada dalam seluruh jenjang organisasi. 

Di dalam suatu organisasi apapun, termasuk Muhammadiyah terkandung tiga komponen utama yaitu pemimpin, kader, dananggota. Dengan demikian, dinamika suatu organisasi dan masadepannya tidak bisa lepas dari keberadaan anggota dan kader, disamping selalu terkait dengan fungsi kepemimpinan dan sistemyang dimilikinya. Hal yang sama juga berlaku bagi PersyarikatanMuhammadiyah. Karena itu perhatian terhadap anggota dan kader,termasuk melalui pemberdayaan dan pendayagunaannya, menjadi bagian yang melekat dari program dan agenda Persyarikatan Muhammadiyah yang berkesinambungan.

B.     Definisi Kader dan Kaderisasi 

Kader (dalam bahasa Perancis: cadre) atau les cadre maksudnya adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkupdan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekalian kepemimpinan. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu organisasi lemah, maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula pasukan inti. Dalam pengertian lain, kader (dalam bahasa Latin quadrum), berarti empat persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok yang lebihbesar dan terorganisasi secara permanen. Jadi jelas, orang-orang yang berkualitas itulah yang terpilihdan berpengalaman dalam berorganisasi, taat asas dan berinisiatif yang dapat disebut sebagai kader.  Daya juang pasukan inti sangattergantung nilai kadernya yang berkualitas, berwawasan, militan,dan penuh semangat. Seorang kader adalah individu yang dengan seluruh jiwa dan raganya diperuntukkan untuk organisasi yang diikutinya.  Istilah kader berbeda dengan istilah kaderisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaderisasi mengandung arti sebagai prosesme lahirkan kader. Kaderisasi merupakan usaha pembentukan seorang kader secara terstruktur dalam organisasi yang biasanya mengikuti ketentuan tertentu. Dengan demikian, kaderisasi adalah suatu proses kegiatan sebagai upaya melahirkan kader, sedangkan kader adalah sosok individu atau kolektif yang menjadi tulang punggung organisasi.Dalam suatu organisasi, termasuk persyarikatan, kader menjadisangat penting karena dapat dikatakan sebagai inti gerakan organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat pentingbagi berlangsungnya regenerasi kepemimpinan. Bagi sebuah organisasi, regenerasi kepemimpinan yang sehat karena ditopang keberadaan kader-kader yang qualified. Selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, kader-kader juga dapat menjadikan kepemimpinan organisasi menjadi segar dan energik. Karena itulah, Muhammadiyah sebagai organisasi kader selalu memperhatikan dengan serius mengenai proses kaderisasi yang dijalankan.

C.    Muhammadiyah sebagai Organisasi Kader 

KH. Ahmad Dahlan dan generasi awal Muhammadiyah telah memikirkan posisi strategis dan fungsi dari keberadaan kader dan anggota bagi kelangsungan eksistensi Muhammadiyah. Masa depan organisasi ini ditentukan oleh seberapa jauh keseriusandalam membina dan memberdayakan para kader serta anggotanya. Di abad kedua Muhammadiyah perlu secara terus-menerus merumuskan terobosan-terobosan baru yang strategis, khususnya dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya insani (revitalisasi kader).  Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kader Muhammadiyah. Proses pembinaan kader Muhammadiyah telah dilaksanakan melalui berbagai upaya dan media, baik langsung maupun tidak langsung. Proses ini telah dilaksanakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dilanjutkan oleh para pemimpin berikutnya hingga sekarangini. Semasa K.H. Ahmad Dahlan, kegiatan yang dapat dikategorikan perkaderan ditunjukkan dengan upaya-upaya beliau dalam membina angkatan muda untuk belajar mengembangkan misi gerakan Muhammadiyah ke dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagiumat Islam. Proses kegiatan kaderisasi tersebut dilaksanakan dalambentuk formal maupun non formal. Sedangkan pada masa sekarang. Proses kaderisasi Muhammadiyah dilaksanakan melalui empat jalur, yaitu keluarga, amal usaha, ortom, dan program khusus yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Kader.Bagi Muhammadiyah, kader merupakan bagian inti dari anggota, yakni anggota yang utama dan berperan sebagai anak panah gerakan Muhammadiyah. Apapun yang sulit dan tidak dapat dilakukan oleh anggota, semuanya dapat dilakukan oleh kader, karena kader merupakan anggota yang terpilih atau anggota yang utama, bagaikan anak panah, kader adalah busur yang harus selalu melesat dengan tajam dan tepat sasaran ke mana pun tujuannya. Dengan demikian seluruh syarat dan kualitas yang diniscayakan kepada anggota, seluruhnya harus melekat dan meniscaya dalamdiri kader secara lebih utama atau lebih unggul daripada anggota. Muhammadiyah dikenal memiliki potensi sumber daya kaderdan anggota yang banyak. Masyarakat juga mengenal kader-kader Muhammadiyah sebagai sosok santri terpelajar, berpikiran modern, gemar beramal, terpercaya, serta memiliki kemampuan dan keahlian yang baik. Tersebarnya kader Muhammadiyah diberbagai lingkungan birokrasi pemerintahan juga menunjukkan kualitas sumberdaya yang handal. Karena itu, Muhammadiyah dapat dibilang selalu berusaha melahirkan sumber daya kader yang mumpuni, baik untuk kebutuhan internal (persyarikatan) maupun eksternal. Muhammadiyah dapat bertahan di usianya lebih dari satu abad (seratus tahun) ini juga tidak lain karena persyarikatan selalu memberi perhatian khusus dan serius dalam hal kaderisasi. Adapun halhal yang berkaitan dengan potensi sumber daya kader dan anggota yang dimiliki atau berada di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

1.      Jumlah anggota dan simpatisan yang banyak dan tersebar diberbagai bidang keahlian

2.      Segmentasi kader berdasarkan kelompok umur dan statusterdapat di berbagai Organisasi Otonom

3.      Jumlah siswa dan mahasiswa di perguruan Muhammadiyahsangat banyak

4.      Keluarga (tokoh atau anggota Muhammadiyah) merupakansumber kader dan anggota yang banyak

5.      Jaringan vertikal dan horizontal Persyarikatan, mulai dari Ranting hingga Pusat, tersebar di penjuru tanah air, Amal usaha Muhammadiyah yang melimpah dengan fasilitas

6.      Dan sumberdaya yang memadai untuk perekrutan, pembinaan, serta pendistribusian kader dan anggota

7.      Jaringan Muhammadiyah dengan organisasi-organisasi sejenis, baik di dalam maupun di luar, yang memiliki visi dan misi serupa

8.      Sistem perkaderan Muhammadiyah yang mapan.

 

D.    Tujuan Perkaderan Muhammadiyah

Perhatian terhadap perkaderan dan kader telah menjadibagian yang tidak terpisahkan dari budaya organisasi dan dinamikaMuhammadiyah sejak awal berdiri hingga sekarang ini. Perkaderanmerupakan proses kristalisasi dengan tujuan untuk membentukkader yang sesuai dengan tujuan dan juga sesuai dengan nilai-nilaiperjuangan serta kaidah-kaidah organisasi yang berlaku dalamMuhammadiyah. Adapun tujuan perkaderan Muhammadiyahadalah membentuk kader Muhammadiyah yang memiliki ruh (spirit)serta mempunyai integritas dan kompetensi untuk berperan diPersyarikatan, dalam kehidupan umat dan dinamika bangsa sertakonteks global.

Dalam langkah gerak Muhammadiyah, sebagaimana tujuan diatas, maka kaderisasi atau perkaderan termasuk program strategis.Arti penting perkaderan ini misalnya, terungkap dalam pepatah khasMuhammadiyah: "sebelum patah telah tumbuh, sebelum hilangtelah berganti"; dan "kader adalah anak panah Muhammadiyah yangsiap dilepaskan ke berbagai arah sasaran". Ungkapan-ungkapan tersebut telah menunjukkan Muhammadiyah sebagai organisasikader yang selalu menempatkan proses perkaderan sebagai elemenvital yang harus tetap dijaga dan dipelihara sampai kapan pun dandi mana pun.

E.     Jalur Kaderisasi Muhammadiyah 

Kaderisasi dalam organisasi pada hakikatnya adalah totalitasupaya pembelajaran dan pemberdayaan yang dilakukan secarasistematis, terpadu, terukur dan berkelanjutan dalam rangkamelakukan pembinaan dan pengembangan kognitif, afektifdan psikomotik setiap individu. Dalam melaksanakan programperkaderan, Muhammadiyah telah menjadikan empat sektorsebagai jalur kaderisasi, yaitu:

1.      Jalur Keluarga 

Menurut Muhammadiyah, fungsi keluarga ideal adalahsebagai media sosialisasi nilai-nilai Islam dan juga wahan akaderisasi. Proses kaderisasi ini menjadi penting karenakeluarga tidak saja untuk transformasi nilai-nilai Islam dan kemuhammadiyahan, tetapi juga untuk melangsungkan kepemimpinan dan regenerasi Muhammadiyah. Karena itu, melalui keluarga, anak-anak dapat dikenalkan denganpersyarikatan sejak dini, misalnya lagu Sang Surya, pendin Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, maupun diajak untuk terlibat kedalam kegiatankegiatan Muhammadiyah. 

2.      Amal Usaha

Amal usaha adalah kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Muhammadiyah untuk menunjang perwujudan tujuan persyarikatan, yaitu mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara amal usaha ini adalah bidang pendidikan formal, sehingga wajar jika salah satu fungsi pendidikan Muhammadiyah adalah sebagai media kaderisasi. Melalui pendidikan formal, sejak dari pendidikan pra sekolah (TK ABA) sampai dengan Perguruan Tinggi, Muhammadiyah telah melakukan kaderisasi secara berjenjang dan berkelanjutan. Materi al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang disampaikan secara terus-menerus, baik di dalam maupun di luar kelas, merupakan contoh dari proses kaderisasi yang telah dilakukan Muhammadiyah melalui amal usaha pendidikan (formal).

3.      Organisasi Otonom

Organisasi otonom (ortom) adalah jalur penting untukmemasok kader-kader muda yang kelak dapat menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah. Ortom adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Muhammadiyah guna membina warga persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu sesuai dengan bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam rangka mencapai maksuddan tujuan Muhammadiyah.

4.      Program Khusus: MPK 

Program khusus adalah kegiatan-kegiatan, baik formal maupun non formal, yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK). Program-program ini dimaksudkan untuk membina dan memberdayakan potensi sumber daya insani persyarikatan sehingga dapat menjadi kader-kader tangguh.

F.     Jenis dan Bentuk Perkaderan Muhammadiyah 

Perkaderan Muhammadiyah mencakup seluruh prosesdan kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan oleh Persyarikatan, serta organisasi otonom, dan amal usaha yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Seluruh kegiatan yang dilaksanakanharus berpedoman pada Sistem Perkaderan Muhammadiyah, tanpa meninggalkan kekhas serta fungsi khusus yang dimiliki masing-masing. Perkaderan Muhammadiyah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai jenis kegiatan kaderisasi yang terarah,terencana, dan berkesinambungan. Jenis-jenis kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan secara umum terdiri dari dua kategori, perkaderan utama dan fungsional. Di bawah ini akan diuraikan mengenai kedua perkaderan tersebut.

1.      Perkaderan Utama

Perkaderan utama adalah kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan atau pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta aksigerakan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau Majelis Pendidikan Kader (MPK) dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Perkaderan ini dilaksanakan dengan standar kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya pun dalam satuan waktu tertentu yang telah ditetapkan. Perkaderan utama terdiri dari dua bentuk, yaitu Darul Arqam dan Baitul Arqam.

a.      Darul Arqam

Darul Arqam merupakan bentuk kegiatan kaderisasi yang utama dan khas dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang bertujuan untuk membentuk cara berfikir dan sikap kader dan pimpinan yang kritis, terbukadan penuh komitmen terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid. Darul Arqam diselenggarakan di tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Perbedaan pada tingkat tersebut adalah mengenai waktu, cakupan keluasan materi, segmentasi dan kualifikasi peserta. Darul Arqam tingkat Pusat selama satu minggu, tingkat Wilayah selama lima hari, dan untuk pimpinan AUM selama empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan untuk Pimpinan Persyarikatan, Unsur Pembantu Pimpinan,dan Pimpinan tertentu (top manager) Amal UsahaMuhammadiyah.

b.      Baitul Arqam

Baitul Arqam merupakan modifikasi ataupenyederhanaan dari Darul Arqam yang diselenggarakan untuk tingkat Pimpinan Daerah, Cabang dan Ranting, serta AUM. Baitul Arqam sasarannnya adalah simpatisan, anggota, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan Ortom, danpimpinan (middle manager ke bawah) serta karyawan Amal Usaha Muhammadiyah. Modifikasi dan penyederhanaan ini dilakukan dari sisi waktu penyelenggaraaan serta kurikulumnya. Penyederhanaan sengaja dirancang agarkegiatan kaderisasi dapat menjangkau peserta yang lebih luas, terutama para anggota, simpatisan, dan pimpinan yang tidak dapat mengikuti kegiatan Darul Arqam dalam waktu yang relatif lama karena berbagai kendala. Karena itu, Baitul Arqam biasanya diselenggarakan dalam tiga hari.

2.      Perkaderan Fungsional 

Perkaderan fungsional yaitu kegiatan kaderisasi yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku untuk mencukupi kebutuhan dan fungsi tertentudari Majelis atau Lembaga. Perkaderan fungsional dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus dan kajian intensif serta sumber daya kader. Kurikulumnya dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai jenis serta kebutuhan dan kreativitas masingmasing penyelenggara. Bentuk-bentuk kegiatan perkaderan fungsional di antaranya adalah sebagai berikut.

a.      Pelatihan Instruktur

Pelatihan instruktur merupakan salah satu bentuk kegiatan kaderisasi pendukung yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader persyarikatan sebagaipelatih (instruktur) dalam mengelola dan melaksanakan berbagai bentuk kegiatan kaderisasi di lingkungan Muhammadiyah, ortom dan AUM.

b.      Pelatihan yang diselenggarakan Majelis dan Lembaga

Pelatihan-pelatihan di lingkungan Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah antara lain: pelatihan kadermubaligh, pelatihan kader hisab dan falak, pelatihan kewirausahaan, pelatihan kader politik, dan lain-lain.

c.       Pengajian Pimpinan

Pengajian pimpinan merupakan kegiatan terbatasbagi pengembangan wawasan dan pendalaman terhadap nilai-nilai ideologi gerakan Muhammadiyah yang diikuti pimpinan Persyarikatan dan ortom serta ditambah orang-orang tertentu yang dipandang perlu. Pengajian Pimpinan diselenggarakan secara rutin dan disertai dengan kurikulum yang terstruktur dan berkesinambungan. 

d.      Pengajian Khusus

Bentuk pengajian ini dirancang dan diselenggarakan secara khusus sebagai media internalisasi dan peneguhan paham agama dan ideologi gerakan Muhammadiyah bagi segenap warga persyarikatan di lingkungan masing-masing. 

e.       Pelatihan Tata Kelola Organisasi 

Pelatihan ini dilaksanakan untuk memberi bekal kemampuan manajerial dan administratif bagi Pimpinan Persyarikatan serta Pengelola Amal Usaha agar dapatmenjalankan amanah kepemimpinan dan pengelolaan secara profesional dan dinamis dengan tetap berpijak pada visi dan misi Muhammadiyah.

f.        Diklat Khusus

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) ini berorientasi pada pengembangan sumber daya kader dan pemekaran potensinya, sehingga bisa mendukung peran-perannya di luar Persyarikatan dan menjadi pintu masuk bagi simpatisan dan calon kader Muhammadiyah. Di antarabentuk diklat khusus adalah Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Pengembangan Kecerdasan Emosional dan Spiritual, dan Outbond Training.

G.    Arah Kaderisasi Muhammadiyah 

Perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap dan cara berfikir, serta peningkatan kompetensi danintegritas terutama aspek ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan wawasan. Dalam perkaderan harus terjadi penyadaran, peneguhan dan pengayaan, baik dalam hal keislaman, kemuhammadiyahan, keilmuan dan wawasan, kepemimpinan dan keterampilan. Beberapa hal tersebut merupakan arah yang ditujudalam proses perkaderan di Muhammadiyah.

1.      Pembinaan Ke-Islaman. 

a.       Penanaman nilai-nilai Islam sesuai dengan pandanganMuhammadiyah

b.      Pembinaan akidah

c.       Pembinaan akhlak

d.      Pembinaan muamalah duniawiyat 

2.      Pembinaan Jiwa Persyarikatan

a.       Pemahaman sejarah dan dinamika gerakan pembaruan dan pemikiran Islam dalam konteks memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam

b.      Meneguhkan ideologi gerakan Muhammadiyah

c.       Penguatan etika dan kultur berMuhammadiyah

d.      Penguasaan strategi perjuangan Muhammadiyah 

3.      Pembinaan Keilmuan dan Wawasana. 

a.       Pengembangan penguasaan metodologi keilmuan danberfikir ilmiah 

b.      Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang keahlian masing-masing

c.       Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan

d.      Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat Islam 

4.      Pembinaan Kepemimpinan dan manajemen

a.       Kemampuan leadership

b.      Pemahaman kemampuan manajemen organisasi

c.       Penguasaan manajemen gerakan, manajemen ide,kemampuan advokasi dan kemampuan pengambilan keputusan/kebijakan.

5.      Pembinaan Penguasaan Keterampilan, Informasi dan Keilmuan

a.       Pengembangan potensi diri kader sesuai minat danbakatnya

b.      Pengembangan kecakapan/keahlian dan profesi tertentuseperti kemampuan analisis kebijakan publik, dansebagainya.

c.       Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi, jaringan media, internet dan komputer untuk keperluan dakwah Islam.

 

H.    Profil Kader Muhammadiyah 

Seorang kader mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan organisasi dan sekaligus menghindarkanideologi dari kemungkinan distorsi (penyimpangan). Karena itu, disamping harus aktif secara fisik, kader juga harus terus-menerus mempelajari rumusan ideologi dalam kaitan dengan tugasnya diorganisasi. Setiap kader Muhammadiyah harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu pengetahuan, wawasan dan juga kepemimpinan, sehingga kuat iman, Islam dan ihsan kepada dirinya dalam menjalankan tugas Persyarikatan.Profil kader Muhammadiyah harus menunjukkan integritas kompetensi akademis dan intelektual, keberagamaan dan sosial kemanusiaan guna menghadapi tantangan persyarikatan di masa depan. Integritas dan kompetensi kader Muhammadiyah dalam tiga aspek ini dapat dipahami dalam nilai-nilai dan indikatornya sebagaimana diuraikan di bawah ini!

 

 

1.      Kompetensi Keberagamaan, dicirikan dengan nilai-nilai:

a.       Kemurnian akidah (keyakinan berbasis tauhid yangbersumber pada ajaran al-

Qur'an dan sunnah Nabi yang shahih / maqbullah )

b.      Ketekunan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnat/ tathawwu' sesuaituntunan Rasulullah)

c.       Keihlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena AllahSwt)

d.      Shidiq (jujur dan dapat dipercaya)

e.       Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam mengemban tugas)

f.        Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagi panggilan jihad di jalan Allah).

2.      Kompetensi akademis dan intelektual, dicirikan dengan nilai-nilai:

a.       Fathanah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab (orangyang berakal))

b.      Tajdid (pembaruan dan berfikiran maju dalam mengembangkan kehidupan sesuai ajaran Islam)

c.       Istiqamah (konsisten dalam pikiran dan tindakan)

d.      Etos belajar (semangat dan kemauan keras untuk selalubelajar)

e.       Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah). 

3.      Kompetensi sosial-kemanusiaan, dicirikan dengan nilai-nilai:

a.       Kesalehan (kepribadian yang baik dan utama)

b.      Kepedulian sosial (keterpanggilan dalam meringankan beban hidup orang lain)

c.       Suka beramal (gemar melaksanakan amal saleh untuk kemaslahatan hidup)

d.      Keteladanan (menjadi uswah hasanah (teladan yang baik] dalam seluruh sikap dan tindakan)

e.       Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan terampil membangun jaringan)

 

Sumber: Buku Pendidikan Kemuhammadiyahan X SMK/SMA (Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah)

Komentar

POPULER