KADERISASI MUHAMMADIYAH
KADERISASI MUHAMMADIYAH
Unduh ppt disini
Kader dan Kaderisasi
Kader adalah inti dan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang
lebih besar dan terorganisir secara permanen. Sedangkan kaderisasi adalah
proses pencetakan kader.
Tujuan Perkaderan Muhammadiyah
Terbentuknya kader Muhammadiyah yang memiliki ruh(spirit) serta
integritas dan kompetensi untuk berperan dipersyarikatan, umat serta bangsa dan
negara.
Peran dan Tanggung Jawab Kader
Mengembangkan organisasi
serta menghindarkan ideologi
dari adanya distorsi (penyimpangan).
A.
Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang mengemban misidakwah dan
tajdid memiliki misi dan tujuan yang harus diwujudkan,yakni menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehinggaterwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Perwujudanmisi, usaha, dan tujuan yang luhur itu memerlukan subjek ataupelaku
gerakan, yakni anggota Muhammadiyah. AnggotaMuhammadiyah yang memiliki kualitas
dan tugas khusus tertentuadalah kader. Sedangkan yang mengorganisasi dalam
sistem adalahpimpinan Muhammadiyah yang berada dalam seluruh jenjang
organisasi.
Di dalam suatu organisasi apapun, termasuk Muhammadiyah terkandung
tiga komponen utama yaitu pemimpin, kader, dananggota. Dengan demikian,
dinamika suatu organisasi dan masadepannya tidak bisa lepas dari keberadaan
anggota dan kader, disamping selalu terkait dengan fungsi kepemimpinan dan
sistemyang dimilikinya. Hal yang sama juga berlaku bagi
PersyarikatanMuhammadiyah. Karena itu perhatian terhadap anggota dan
kader,termasuk melalui pemberdayaan dan pendayagunaannya, menjadi bagian yang
melekat dari program dan agenda Persyarikatan Muhammadiyah yang
berkesinambungan.
B.
Definisi Kader dan
Kaderisasi
Kader (dalam bahasa Perancis: cadre) atau les cadre maksudnya
adalah anggota inti yang menjadi bagian terpilih dalam lingkupdan lingkungan
pimpinan serta mendampingi di sekalian kepemimpinan. Kader bisa berarti pula
sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu organisasi lemah, maka
seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula pasukan inti.
Dalam pengertian lain, kader (dalam bahasa Latin quadrum), berarti empat
persegi panjang atau kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan
sebagai kelompok yang lebihbesar dan terorganisasi secara permanen. Jadi jelas,
orang-orang yang berkualitas itulah yang terpilihdan berpengalaman dalam
berorganisasi, taat asas dan berinisiatif yang dapat disebut sebagai
kader. Daya juang pasukan inti
sangattergantung nilai kadernya yang berkualitas, berwawasan, militan,dan penuh
semangat. Seorang kader adalah individu yang dengan seluruh jiwa dan raganya
diperuntukkan untuk organisasi yang diikutinya.
Istilah kader berbeda dengan istilah kaderisasi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kaderisasi mengandung arti sebagai prosesme lahirkan kader.
Kaderisasi merupakan usaha pembentukan seorang kader secara terstruktur dalam
organisasi yang biasanya mengikuti ketentuan tertentu. Dengan demikian,
kaderisasi adalah suatu proses kegiatan sebagai upaya melahirkan kader,
sedangkan kader adalah sosok individu atau kolektif yang menjadi tulang
punggung organisasi.Dalam suatu organisasi, termasuk persyarikatan, kader
menjadisangat penting karena dapat dikatakan sebagai inti gerakan organisasi.
Di samping itu, kader juga merupakan syarat pentingbagi berlangsungnya
regenerasi kepemimpinan. Bagi sebuah organisasi, regenerasi kepemimpinan yang
sehat karena ditopang keberadaan kader-kader yang qualified. Selain akan
menjadikan organisasi bergerak dinamis, kader-kader juga dapat menjadikan
kepemimpinan organisasi menjadi segar dan energik. Karena itulah, Muhammadiyah
sebagai organisasi kader selalu memperhatikan dengan serius mengenai proses
kaderisasi yang dijalankan.
C.
Muhammadiyah sebagai
Organisasi Kader
KH. Ahmad Dahlan dan generasi awal Muhammadiyah telah memikirkan
posisi strategis dan fungsi dari keberadaan kader dan anggota bagi kelangsungan
eksistensi Muhammadiyah. Masa depan organisasi ini ditentukan oleh seberapa
jauh keseriusandalam membina dan memberdayakan para kader serta anggotanya. Di
abad kedua Muhammadiyah perlu secara terus-menerus merumuskan
terobosan-terobosan baru yang strategis, khususnya dalam pembinaan dan
pengembangan sumberdaya insani (revitalisasi kader). Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas kader Muhammadiyah. Proses pembinaan kader Muhammadiyah
telah dilaksanakan melalui berbagai upaya dan media, baik langsung maupun tidak
langsung. Proses ini telah dilaksanakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan dilanjutkan
oleh para pemimpin berikutnya hingga sekarangini. Semasa K.H. Ahmad Dahlan,
kegiatan yang dapat dikategorikan perkaderan ditunjukkan dengan upaya-upaya
beliau dalam membina angkatan muda untuk belajar mengembangkan misi gerakan
Muhammadiyah ke dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagiumat Islam. Proses
kegiatan kaderisasi tersebut dilaksanakan dalambentuk formal maupun non formal.
Sedangkan pada masa sekarang. Proses kaderisasi Muhammadiyah dilaksanakan
melalui empat jalur, yaitu keluarga, amal usaha, ortom, dan program khusus yang
diselenggarakan Majelis Pendidikan Kader.Bagi Muhammadiyah, kader merupakan
bagian inti dari anggota, yakni anggota yang utama dan berperan sebagai anak
panah gerakan Muhammadiyah. Apapun yang sulit dan tidak dapat dilakukan oleh
anggota, semuanya dapat dilakukan oleh kader, karena kader merupakan anggota
yang terpilih atau anggota yang utama, bagaikan anak panah, kader adalah busur
yang harus selalu melesat dengan tajam dan tepat sasaran ke mana pun tujuannya.
Dengan demikian seluruh syarat dan kualitas yang diniscayakan kepada anggota,
seluruhnya harus melekat dan meniscaya dalamdiri kader secara lebih utama atau
lebih unggul daripada anggota. Muhammadiyah dikenal memiliki potensi sumber
daya kaderdan anggota yang banyak. Masyarakat juga mengenal kader-kader
Muhammadiyah sebagai sosok santri terpelajar, berpikiran modern, gemar beramal,
terpercaya, serta memiliki kemampuan dan keahlian yang baik. Tersebarnya kader
Muhammadiyah diberbagai lingkungan birokrasi pemerintahan juga menunjukkan
kualitas sumberdaya yang handal. Karena itu, Muhammadiyah dapat dibilang selalu
berusaha melahirkan sumber daya kader yang mumpuni, baik untuk kebutuhan
internal (persyarikatan) maupun eksternal. Muhammadiyah dapat bertahan di
usianya lebih dari satu abad (seratus tahun) ini juga tidak lain karena
persyarikatan selalu memberi perhatian khusus dan serius dalam hal kaderisasi.
Adapun halhal yang berkaitan dengan potensi sumber daya kader dan anggota yang
dimiliki atau berada di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah anggota dan simpatisan yang banyak dan tersebar diberbagai
bidang keahlian
2. Segmentasi kader berdasarkan kelompok umur dan statusterdapat di
berbagai Organisasi Otonom
3. Jumlah siswa dan mahasiswa di perguruan Muhammadiyahsangat banyak
4. Keluarga (tokoh atau anggota Muhammadiyah) merupakansumber kader
dan anggota yang banyak
5. Jaringan vertikal dan horizontal Persyarikatan, mulai dari Ranting
hingga Pusat, tersebar di penjuru tanah air, Amal usaha Muhammadiyah yang
melimpah dengan fasilitas
6. Dan sumberdaya yang memadai untuk perekrutan, pembinaan, serta
pendistribusian kader dan anggota
7. Jaringan Muhammadiyah dengan organisasi-organisasi sejenis, baik di
dalam maupun di luar, yang memiliki visi dan misi serupa
8. Sistem perkaderan Muhammadiyah yang mapan.
D.
Tujuan Perkaderan
Muhammadiyah
Perhatian terhadap perkaderan dan kader telah menjadibagian yang
tidak terpisahkan dari budaya organisasi dan dinamikaMuhammadiyah sejak awal
berdiri hingga sekarang ini. Perkaderanmerupakan proses kristalisasi dengan
tujuan untuk membentukkader yang sesuai dengan tujuan dan juga sesuai dengan
nilai-nilaiperjuangan serta kaidah-kaidah organisasi yang berlaku
dalamMuhammadiyah. Adapun tujuan perkaderan Muhammadiyahadalah membentuk kader
Muhammadiyah yang memiliki ruh (spirit)serta mempunyai integritas dan
kompetensi untuk berperan diPersyarikatan, dalam kehidupan umat dan dinamika
bangsa sertakonteks global.
Dalam langkah gerak Muhammadiyah, sebagaimana tujuan diatas, maka
kaderisasi atau perkaderan termasuk program strategis.Arti penting perkaderan
ini misalnya, terungkap dalam pepatah khasMuhammadiyah: "sebelum patah
telah tumbuh, sebelum hilangtelah berganti"; dan "kader adalah anak
panah Muhammadiyah yangsiap dilepaskan ke berbagai arah sasaran".
Ungkapan-ungkapan tersebut telah menunjukkan Muhammadiyah sebagai
organisasikader yang selalu menempatkan proses perkaderan sebagai elemenvital
yang harus tetap dijaga dan dipelihara sampai kapan pun dandi mana pun.
E.
Jalur Kaderisasi
Muhammadiyah
Kaderisasi dalam organisasi pada hakikatnya adalah totalitasupaya
pembelajaran dan pemberdayaan yang dilakukan secarasistematis, terpadu, terukur
dan berkelanjutan dalam rangkamelakukan pembinaan dan pengembangan kognitif,
afektifdan psikomotik setiap individu. Dalam melaksanakan programperkaderan,
Muhammadiyah telah menjadikan empat sektorsebagai jalur kaderisasi, yaitu:
1.
Jalur Keluarga
Menurut Muhammadiyah, fungsi keluarga ideal adalahsebagai media
sosialisasi nilai-nilai Islam dan juga wahan akaderisasi. Proses kaderisasi ini
menjadi penting karenakeluarga tidak saja untuk transformasi nilai-nilai Islam
dan kemuhammadiyahan, tetapi juga untuk melangsungkan kepemimpinan dan
regenerasi Muhammadiyah. Karena itu, melalui keluarga, anak-anak dapat
dikenalkan denganpersyarikatan sejak dini, misalnya lagu Sang Surya, pendin
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, maupun diajak untuk terlibat kedalam
kegiatankegiatan Muhammadiyah.
2.
Amal Usaha
Amal usaha adalah kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
Muhammadiyah untuk menunjang perwujudan tujuan persyarikatan, yaitu mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antara amal usaha ini adalah bidang
pendidikan formal, sehingga wajar jika salah satu fungsi pendidikan
Muhammadiyah adalah sebagai media kaderisasi. Melalui pendidikan formal, sejak
dari pendidikan pra sekolah (TK ABA) sampai dengan Perguruan Tinggi,
Muhammadiyah telah melakukan kaderisasi secara berjenjang dan berkelanjutan.
Materi al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang disampaikan secara terus-menerus,
baik di dalam maupun di luar kelas, merupakan contoh dari proses kaderisasi
yang telah dilakukan Muhammadiyah melalui amal usaha pendidikan (formal).
3.
Organisasi Otonom
Organisasi otonom (ortom) adalah jalur penting untukmemasok
kader-kader muda yang kelak dapat menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna
amal usaha Muhammadiyah. Ortom adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
Muhammadiyah guna membina warga persyarikatan dan kelompok masyarakat tertentu
sesuai dengan bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam rangka mencapai maksuddan
tujuan Muhammadiyah.
4.
Program Khusus: MPK
Program khusus adalah kegiatan-kegiatan, baik formal maupun non
formal, yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK).
Program-program ini dimaksudkan untuk membina dan memberdayakan potensi sumber
daya insani persyarikatan sehingga dapat menjadi kader-kader tangguh.
F.
Jenis dan Bentuk Perkaderan
Muhammadiyah
Perkaderan Muhammadiyah mencakup seluruh prosesdan kegiatan
kaderisasi yang dilaksanakan oleh Persyarikatan, serta organisasi otonom, dan
amal usaha yang berada di bawah naungan Muhammadiyah. Seluruh kegiatan yang
dilaksanakanharus berpedoman pada Sistem Perkaderan Muhammadiyah, tanpa
meninggalkan kekhas serta fungsi khusus yang dimiliki masing-masing. Perkaderan
Muhammadiyah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai jenis kegiatan kaderisasi
yang terarah,terencana, dan berkesinambungan. Jenis-jenis kegiatan kaderisasi
yang dilaksanakan secara umum terdiri dari dua kategori, perkaderan utama dan
fungsional. Di bawah ini akan diuraikan mengenai kedua perkaderan tersebut.
1. Perkaderan Utama
Perkaderan utama adalah kegiatan
kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan atau pelatihan untuk
menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta aksigerakan yang
diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau Majelis Pendidikan Kader (MPK)
dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Perkaderan ini dilaksanakan dengan standar
kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya pun dalam satuan waktu
tertentu yang telah ditetapkan. Perkaderan utama terdiri dari dua bentuk, yaitu
Darul Arqam dan Baitul Arqam.
a.
Darul Arqam
Darul Arqam merupakan bentuk
kegiatan kaderisasi yang utama dan khas dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah
yang bertujuan untuk membentuk cara berfikir dan sikap kader dan pimpinan yang
kritis, terbukadan penuh komitmen terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid. Darul Arqam diselenggarakan di
tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah
(AUM).
Perbedaan pada tingkat tersebut
adalah mengenai waktu, cakupan keluasan materi, segmentasi dan kualifikasi
peserta. Darul Arqam tingkat Pusat selama satu minggu, tingkat Wilayah selama
lima hari, dan untuk pimpinan AUM selama empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan
untuk Pimpinan Persyarikatan, Unsur Pembantu Pimpinan,dan Pimpinan tertentu
(top manager) Amal UsahaMuhammadiyah.
b.
Baitul Arqam
Baitul Arqam merupakan modifikasi
ataupenyederhanaan dari Darul Arqam yang diselenggarakan untuk tingkat Pimpinan
Daerah, Cabang dan Ranting, serta AUM. Baitul Arqam sasarannnya adalah
simpatisan, anggota, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan Ortom, danpimpinan (middle
manager ke bawah) serta karyawan Amal Usaha Muhammadiyah. Modifikasi dan
penyederhanaan ini dilakukan dari sisi waktu penyelenggaraaan serta
kurikulumnya. Penyederhanaan sengaja dirancang agarkegiatan kaderisasi dapat
menjangkau peserta yang lebih luas, terutama para anggota, simpatisan, dan
pimpinan yang tidak dapat mengikuti kegiatan Darul Arqam dalam waktu yang relatif
lama karena berbagai kendala. Karena itu, Baitul Arqam biasanya diselenggarakan
dalam tiga hari.
2. Perkaderan Fungsional
Perkaderan fungsional yaitu kegiatan
kaderisasi yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara
baku untuk mencukupi kebutuhan dan fungsi tertentudari Majelis atau Lembaga.
Perkaderan fungsional dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan
dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus dan kajian intensif
serta sumber daya kader. Kurikulumnya dapat dikembangkan secara fleksibel
sesuai jenis serta kebutuhan dan kreativitas masingmasing penyelenggara.
Bentuk-bentuk kegiatan perkaderan fungsional di antaranya adalah sebagai
berikut.
a.
Pelatihan Instruktur
Pelatihan instruktur merupakan salah
satu bentuk kegiatan kaderisasi pendukung yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan kader persyarikatan sebagaipelatih (instruktur) dalam mengelola dan
melaksanakan berbagai bentuk kegiatan kaderisasi di lingkungan Muhammadiyah,
ortom dan AUM.
b.
Pelatihan yang diselenggarakan Majelis dan Lembaga
Pelatihan-pelatihan di lingkungan
Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah antara lain: pelatihan kadermubaligh,
pelatihan kader hisab dan falak, pelatihan kewirausahaan, pelatihan kader
politik, dan lain-lain.
c.
Pengajian Pimpinan
Pengajian pimpinan merupakan
kegiatan terbatasbagi pengembangan wawasan dan pendalaman terhadap nilai-nilai
ideologi gerakan Muhammadiyah yang diikuti pimpinan Persyarikatan dan ortom
serta ditambah orang-orang tertentu yang dipandang perlu. Pengajian Pimpinan
diselenggarakan secara rutin dan disertai dengan kurikulum yang terstruktur dan
berkesinambungan.
d.
Pengajian Khusus
Bentuk pengajian ini dirancang dan
diselenggarakan secara khusus sebagai media internalisasi dan peneguhan paham
agama dan ideologi gerakan Muhammadiyah bagi segenap warga persyarikatan di
lingkungan masing-masing.
e.
Pelatihan Tata Kelola Organisasi
Pelatihan ini dilaksanakan untuk
memberi bekal kemampuan manajerial dan administratif bagi Pimpinan
Persyarikatan serta Pengelola Amal Usaha agar dapatmenjalankan amanah
kepemimpinan dan pengelolaan secara profesional dan dinamis dengan tetap
berpijak pada visi dan misi Muhammadiyah.
f.
Diklat Khusus
Pendidikan dan pelatihan (Diklat)
ini berorientasi pada pengembangan sumber daya kader dan pemekaran potensinya,
sehingga bisa mendukung peran-perannya di luar Persyarikatan dan menjadi pintu
masuk bagi simpatisan dan calon kader Muhammadiyah. Di antarabentuk diklat
khusus adalah Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Pengembangan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual, dan Outbond Training.
G.
Arah Kaderisasi
Muhammadiyah
Perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap dan
cara berfikir, serta peningkatan kompetensi danintegritas terutama aspek
ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan wawasan. Dalam perkaderan
harus terjadi penyadaran, peneguhan dan pengayaan, baik dalam hal keislaman,
kemuhammadiyahan, keilmuan dan wawasan, kepemimpinan dan keterampilan. Beberapa
hal tersebut merupakan arah yang ditujudalam proses perkaderan di Muhammadiyah.
1. Pembinaan Ke-Islaman.
a.
Penanaman
nilai-nilai Islam sesuai dengan pandanganMuhammadiyah
b.
Pembinaan
akidah
c.
Pembinaan
akhlak
d.
Pembinaan
muamalah duniawiyat
2. Pembinaan Jiwa Persyarikatan
a. Pemahaman sejarah dan dinamika gerakan pembaruan dan pemikiran
Islam dalam konteks memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
b. Meneguhkan ideologi gerakan Muhammadiyah
c. Penguatan etika dan kultur berMuhammadiyah
d. Penguasaan strategi perjuangan Muhammadiyah
3. Pembinaan Keilmuan dan
Wawasana.
a. Pengembangan penguasaan metodologi keilmuan danberfikir ilmiah
b. Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang
keahlian masing-masing
c. Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
d. Pemahaman dinamika dan peta perjuangan umat Islam
4. Pembinaan Kepemimpinan dan manajemen
a. Kemampuan leadership
b. Pemahaman kemampuan manajemen organisasi
c. Penguasaan manajemen gerakan, manajemen ide,kemampuan advokasi dan
kemampuan pengambilan keputusan/kebijakan.
5. Pembinaan Penguasaan Keterampilan,
Informasi dan Keilmuan
a. Pengembangan potensi diri kader sesuai minat danbakatnya
b. Pengembangan kecakapan/keahlian dan profesi tertentuseperti
kemampuan analisis kebijakan publik, dansebagainya.
c. Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi
informasi, jaringan media, internet dan komputer untuk keperluan dakwah Islam.
H.
Profil Kader
Muhammadiyah
Seorang kader mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan organisasi
dan sekaligus menghindarkanideologi dari kemungkinan distorsi (penyimpangan).
Karena itu, disamping harus aktif secara fisik, kader juga harus terus-menerus
mempelajari rumusan ideologi dalam kaitan dengan tugasnya diorganisasi. Setiap
kader Muhammadiyah harus memiliki kriteria tertentu dalam aspek ideologi, ilmu
pengetahuan, wawasan dan juga kepemimpinan, sehingga kuat iman, Islam dan ihsan
kepada dirinya dalam menjalankan tugas Persyarikatan.Profil kader Muhammadiyah
harus menunjukkan integritas kompetensi akademis dan intelektual, keberagamaan
dan sosial kemanusiaan guna menghadapi tantangan persyarikatan di masa depan.
Integritas dan kompetensi kader Muhammadiyah dalam tiga aspek ini dapat
dipahami dalam nilai-nilai dan indikatornya sebagaimana diuraikan di bawah ini!
1. Kompetensi Keberagamaan, dicirikan
dengan nilai-nilai:
a. Kemurnian akidah (keyakinan berbasis tauhid yangbersumber pada
ajaran al-
Qur'an dan sunnah Nabi yang shahih / maqbullah )
b. Ketekunan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah, baik yang wajib
maupun yang sunnat/ tathawwu' sesuaituntunan Rasulullah)
c. Keihlasan (melakukan sesuatu semata-mata karena AllahSwt)
d. Shidiq (jujur dan dapat dipercaya)
e. Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam
mengemban tugas)
f.
Berjiwa
gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagi panggilan jihad di
jalan Allah).
2. Kompetensi akademis dan intelektual,
dicirikan dengan nilai-nilai:
a. Fathanah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab (orangyang
berakal))
b. Tajdid (pembaruan dan berfikiran maju dalam mengembangkan kehidupan
sesuai ajaran Islam)
c. Istiqamah (konsisten dalam pikiran dan tindakan)
d. Etos belajar (semangat dan kemauan keras untuk selalubelajar)
e. Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah).
3. Kompetensi sosial-kemanusiaan,
dicirikan dengan nilai-nilai:
a. Kesalehan (kepribadian yang baik dan utama)
b. Kepedulian sosial (keterpanggilan dalam meringankan beban hidup
orang lain)
c. Suka beramal (gemar melaksanakan amal saleh untuk kemaslahatan
hidup)
d. Keteladanan (menjadi uswah hasanah (teladan yang baik] dalam
seluruh sikap dan tindakan)
e. Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif dan
terampil membangun jaringan)
Sumber: Buku Pendidikan Kemuhammadiyahan X SMK/SMA (Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah)
Komentar
Posting Komentar