Biografi Jamal Al-Din Al-Afghani




 Biografi Jamal Al-Din Al-Afghani

(Dalam Oxford Dictionary)


Al-Afghani, Jamaludin (1838/39-1897) adalah penulis dan aktivis politik Pan-Islam. Dia kontroversial sepanjang hayatnya. Sejak kematiannya, dia menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia Muslim sekalipun karya tulisnya relative sedikit. Pengaruhnya menonjol__terutama pada abad kedua puluh__berkat tiga factor: pertama, dia mereflesikan gagasan-gagasan yang semakin popular di Dunia Muslim sejak akhir abad kesembilan belas, seperti nasionalisme, Pan-Islam, dan identifikasi gagasan baru dengan Islam; kedua, dia merupakan juru bicara dan guru yang karismatis; dan ketiga, dia melakukan perjalanan panjang ke berbagai Duna Muslim sehingga berpengaruh langsung di beberapa Negara yang dikunjunginya.
Kehidupan dan dan Kegiatan. Sekalipun dia mengklaim berasal dari Afghanistan__dari sini pula namanya diambil__banyak bukti yang menunjukkan bahwa Al-Afghani lahir dan tumbuh dewasa di Iran dalam keluarga Syi’ah. Di antaranya buktinya, yaitu beberapa dokumen yang ditinggalkanya di Teheran ketika dia pergi dari Iran pada 1891. Sebuah katalog tentang dokumen tersebut diterbitkan pada 1963. Di sini dan di tempat lain terdapat surat-suratnya kepada keponakanya di Iran, sedangkan di Afghanistan tidak ada dokumentasi seperti itu. Rujukan pertama tentangnya diterbitkan berasal dari Perang Dunia I dan berupa paraphrase biografi Mesir. Paspornya juga menunjukkan bahwa Al-Afghani adalah orang Iran. Dokumen-dokumen dari Afghanistan pada dasawarsa 1860-an__ketika dia berada di situ__menyebutkan bahwa Al-Afghani adalah orang asing, yang tak dikenal sebelumnya di Afghanistan dan tidak berbicara dalam bahasa Persia, seperti orang Iran.
Kaum Muslim Sunni sering enggan mengakui Al-Afghani di besarkan di Iran Syi’ah. Akan tetapi, sebenarnya dia beraktivitas dalam tradisi syari’ah, “menyembunyikan” ke-Syi’ah-anya, dan mengkhawatirkan identitas dirinya sebagai orang Iran. Lagi pula dia pun sadar bahwa pengaruhnya di dunia sunni akan merosot jika diketahui berasa dari Iran Syi’ah. Akan tetapi tidak ada bukti bahwa dia Syi’ah, dan pemikiran Pan-Islamnya mengurangi konflik Sunni-Syi’ah.
Berbagai dokumen memperlihatkan bahwa setelah menyelesaikan pendidikan di kampung halamanya, Asadabad. Iran barat laut, dan di Qazvin serta Teheran, pada 1850-an dia pergi ke kota-kota suci Syi’ah di Irak ‘Utsmaniyah untuk menempuh pendidikan tinggi. Di kota-kota ini, muncul gejolak intelektual besar dengan beberapa tokoh Mazhab Syaikhiyah dan cabangnya yang menyimpang, yaitu Babiyah. Risalah awal yang ditemukan dalam dokumen Al-Afghani dan yang berasal dari periode ini adalah risalah Syaikhiyah. Dia membubuhkan catatan pada risalah itu sehingga jelas bahwa dia menganut __paling tidak untuk beberapa lama__mazhab inovatif yang berorientasi filosofis ini. [Lihat Syaikhiyah.] Buku dan tulisan Al-Afghani juga membenarkan pengaruh filosof Islam Rasionalis, khususnya pemikir-pemikir Iran, seperti Ibn Sina dan Nashir al-Din Thusi.
Pada akhir masa remajanya, Al-Afghani mengadakan perjalanan ke india, dan hamper pasti berada dinegara itu pada__atau dekkat dengan__saat pemberontakan India 1857. Mungkin, kebencianya pada Inggris__khususnya pada kekuasaan Inggris di Negara-negara jajahan__dimulai sejak kontaknya dengan Inggris di India. Mungkin pula, seperti dinyatakan dalam sebuah laporan kemudian, dia berada di Bushire, Iran, ketika terjadi perang Inggris-Persia 1857.
Kemudian, Al-Afghani memulai suatu perjalanan yang kemungkinan, antara lain mengunjungi Makkah dan yang pasti melintasi Iran menuju Afghanistan, pada awal 1860-an. Menurut orang India, penulis berita Inggris dari Afghanistan, Al-Afghani tiba di Afghanistan dengan dokumen rahasia (yang dikira penulis berita ini berasal dari Rusia) yang menyebabkanya mendapatkan akses ke amir.  Dia di beritakan berbicara dalam bahasa Persia, seperti orang Iran, dan juga bahasa Turki (yang banyak dipakai di Iran barat laut) serta diduga berasal dari Anatolia (karena itu, juga disebut Rumi). Pembicaraan Al-Afghani pada periode itu, yang paling awal terdokumentasi, sudah bernada keras anti-Inggris dan menjadi ciri sepanjang hidupnya. Pergantian amir menyebabkan penguasa pro-Inggris naik takhta. Upaya Al-Afghani mempertahankan posisinya gagal. Dia terpaksa pergi pada akhir 1868.

Pada 1869, dia pergi ke Kairo dan kemudian ke ibu kota ‘Utsmaniyah, Istanbul. Kepribadian dan kecerdasanya segera membawanya masuk kekalangan elit pembaru Tanzimat yang saat itu berkuasa. Dia terlibat dalam majelis pendidikan dan universitas baru. Disitu dia menyampaikan kuliah umum. Ucapan Al-Afghani didistorsi oleh para pengikutnya; sebuah teks dengan kutipan ceramahnya menunjukkan bahwa tuduhan utama atasnya__bahwa dia membandingkan filsafat dengan ilmu nujum sebagai suatu keterampilan semata__adalah benar. Hal ini merupakan tema yang dekat dengan filsafat Iran dan masih di ajarkan di Iran tetapi dianggap bid’ah di Negara-negara Muslim di sebelah barat Iran. Ceramah ini membuat ulama konservatif mempunyai alas an untuk menghujat universitas baru tersebut, yang tidak mereka sukai. Akibatnya, rector universitasnya diberhentikan dan Al-Afghani diusir dari negeri itu.
Sejak 1871 hingga 1879, Al-afghani tinggal di Kairo. Hidupnya ditunjang oleh uang hibah dari pemerintah yang di bayar oleh negarawan Riyadh Pasha. Dia memanfaatkan sebagian besar waktunya dengan mengajar, memperkenalkan penafsiranya atas filsafat Islam, dan membatasi penyelidikan rasional terhadap elit seraya mendorong ortodoksi bagi orang awam. Saat mesir memasuki krisis politik dan keuangan pada akhir 1870-an, Al-Afghani mendorong para muridnya menerbitkan surat kabar politik. Dia sendiri menyampaikan pidato dan melakukan kegiatan politik sebagai ketua sebuah kelompok rahasia. Para pengikutnya, antara lainadalah beberapa orang muda yang kemudian menjadi pemimpin politik dan intelektual mesir, khususnya murid terdekatnya, Muhammad ‘Abduh, ‘Abd Allah Nadim, Sa’d Zaglul, dan Ya’qub Shannu’. Al-Afghani mengatakan bahwa penyebab keadaan Mesir yang menyedihkan ini adalah Inggris dan Khedive Ismail. Mengenai ismail ini, dia menyinggung-nyinggung soal pembunuhan. Akan tetapi, atas upaya Inggris dan Perancis, Ismail diganti oleh Taufiq pada 1879, dan Taufiq merespons pidato anti-Inggris Al-Afghaniyang tetap bernada keras dengan mengusirnya dari Mesir. Tidak ada bukti atas dugaan umum yang menyatakan bahwa Inggris mendalangi pengusiran Al-Afghani.
Al-Afghani kembali ke India, ke Negara bagian Hyderabad yang Muslim. 8Di sini dia merampungkan banyak tulisan penting, suatu aktivitas yang tidak banyak dilakukanya. Banyak tulisanya berupa transkripsi ceramah.dia menulis sekumpulan artikel dan risalah termasyhurnya, yang di kenal dalam bahasa inggris berjudul The Refutation of the Materialist. Buku ini ditujukkan terutama untuk menyanggah karya Sayyid Ahmad Khan yang pro Inggris (walaupun liberal). Tulisan yang berasal dari periode ini dan periode di Mesir banyak sekali berhubungan dengan nasionalismedan tidak menyinggung Pan-Islam yang di kaitkan dengan namanya. [Lihat juga biografi Ahmad Khan, Sayyid.]
Pada masa pemberontakan ‘Urabi (1881-1882), Al-Afghani memilih untuk meninggalkan India. Muhammad abduh bergabung denganya di Paris dan mereka menjadi editor surat kabar berbahasa arab, Al-‘Urwah Al-Wutsqa. Surat kabar ini dikirimkan secara gratis ke seluruh Dunia Muslim. Tampaknya, media ini di subsidisebagian oleh Arabofil Inggris, Wilfred Scawen Blunt. Meskipun hanya berumur setahun, surat kabar ini sangat berpengaruh; tema utamanya adalah Pan-Islam dan anti-Inggris dan juga membuat artikel-artikel teoretis. Ketika berada di Paris, al-Afghani menulis “Answer to Renan” dalam Journal des debats yang terkenal. Dalam tulisan itu paling tidak, dia bersikap skeptic terhadap agama, seperti halnya Ernest Renan. Dia tidak sepakat dengan Renan hanya dalam perkataan bahwa Islam dan Arab tak lebih buruk daripada yang lain.
Pada 1884, Al-afghani pergi ke Inggris. Di sini Blunt memperkenalkanyakepada tokoh keras pemerintahan. Dia terlibat dalam rencana yang akhirnya gagal, untuk menyertai Sir Henry Drummond Wolf ke Istanbul dengan tujuan mempengaruhi Inggrisagar mengakhiri oendudukanya atas Mesir. Ironisnya, tulisan Blunt tentang tulisan ini malah menjadikan sebagian Muslim beranggapan bahwa Al-Afghani adalah mata-mata inggris.
Pada 1886, Al-Afghani pergi ke Iran dan berhasil mengumpulkan banyak murid yang liberal. Kemudian, dia mengunjungi Rusia dan mencoba mengajak para pemimpin Rusia untuk berperang melawan Inggris, tetapi upaya ini gagal. Setelah kembali ke Iran pada 1890-1891, dia mendorong aksi menantang konsesi ekonomi Syah untuk orang asing.akibat selebaran penentangan konsesi ini__diduga diilhami oleh Al-Afghani__dia di usir ke Irak pada awal 1891. Di sini, dia menulis surat antikonsesi kepada Syirazi, pemimpin ulama Iran, yang kemudian ikut dalam gerakan berskala nasional menentang konsesi tembakau kepada Inggris . di Irak Al-Afghani bertolak ke Inggris dan bergabung dengan pembaru lainya, Malkom Khan, dalam mengecam pemerintah Iran melalui tulisan dan lisan. [Lihat biografi Malkom Khan.]
Sultan ‘Utsmaniyah, Abdulhamid II, mengundang Al-Afghani ke-Istanbul, tetapi kemudian sultan semakin mencurigainya; Al-Afghani dilarang mempublikasikan karya atau memberikan ceramah. Pada 1895, Al-Afghani mendorong seorang muridnya berkebangsaan Iran, Mirza Riza melakukannya di dekat Teheran pada Mei 1896. Pembunuhnya beserta tiga orang progresif Iran yang tak berdosa, dieksekusi, tetapi pemerintah Iran tidak berhasil mengekstradisi Al-Afghani; ‘Utsmaniyah mengklaim bahwa dia seorang Afghan meskipun sebenarnya mereka lebih tahu asal usulnya. Pada 1897, Al-Afghani meninggal karena kanker rahang dan taka da bukti bahwa dia di racun oleh sultan.
Kehidupan Al-Afghani yang luar biasa menjadi sumber munculnya mitos, sebagian di antaranya  di dasarkan atas kisah-kisah yang diceritakanya sendiri. Sebagian besar biografi Al-Afghani yang di tulis sebelum makalah-makalahnya tersedia, pada 1963 (dan banyak setelahnya), berasal dari biografi susunan ‘Abduh yang dijadikan pengantar pada The Refutation of the Materialists. Baru belakangan, para sarjana mencari dan menemukan dokumentasi awal yang independen.
Kontibusi bagi Islam Modern. Apapun fakta biografinya, kita tak dapat menyangkal posisi penting Al-Afghani atau sumbanganya bagi peristiwa dan pemikiran Islam modern. adalah benar bahwa dia bukan figur intelektual yang menghasilkan banyak tulisan atau mencoba menyusun system teoretis yang kompleks. Namun, dia adalah orang yang mengumpulkan, memadukan, dan mengembangkan sejumlah tema yang ada untuk menciptakan satu kesatuan yang baru. Barangkali butir-butir penting berikut dapat diidentifikasi.
Dari filsafat Islam tradisional, Al-Afghani mendapatkan suatu kepercayaan pada akal dan hokum alam, dan Tuhan yang tak menyangkal keduanya. Latar belakangnya dalam filsafat Muslim, yang terdokumentasi dengan baik dalam teks-teks yang berkaitan dengan kegiatan pengajarannya di Mesir, memungkinkan Al-Afghani memberikan basis Islam pada pengajaran modernisasinya. Dia mengajarkan hal-hal yang dianjurkan oleh filosof Muslim: menyampaikan agama yang ortodoks kepada awam, ketuhanan yang rasional pada kaum elit.
Pemikiran politiknya didorong oleh permusuhanya kepada kekuasaan Inggris di negeri-negeri asing, khususnya negeri Muslim. Meskipun Al-Afghani mengungkapkan diri dengan Istilah-istilah yang lebih bersahabat terhadap Perancis dan Rusia, ceramah dan tulisan anti-Ingrisnya dapat­__dan memang__ditujukan kepada anti-imperialisme yang lebih umum yang meningkat di Dunia Muslim sejak masanya.
Al-afghani banyak dikaitkan dengan dua gerakkan yang meskipun bukan ciptaanya, diungkapkanya secara jelas dan disebarluaskan. Yang pertama adalah nasionalisme, didukung di Mesir yang merujuk pada kejayaan Mesir lama dan di India yang bangga dengan Hindu kuno. Yang kedua adalah Pan-Islam, yang dimulai dengan para Sultan ‘Utsmaniyah abad kesembilan belas dan kemudian didengungkan dalam bentuk-bentuk anti-imperialis yang lebih progresif oleh ‘Utsmaniyah muda, khususnya Namik Kemal. Karena karya Al-Afghani tentang subjek ini ditulis dalam bahasa arab, dia secara internasional lebih berpengaruh dibandingkan dengan ‘Utsmaniyah Muda. Nasionalisme dan Pan-Islam dilihat sebagai dua strategi yang berbeda,namun tidak harus bertentangan dalam menyerukan anti-imperialisme dan kesatuan komunal. [Lihat Arab, Nasionalisme; ‘Utsmaniyah Muda; dan biografi Kemal, Mehmet Namik.]
Selaras dengan titik beratnya pada anti-imperialisme dan keinginannya mempertahankan kebebasan negeri-negeri Muslim, Al-Afghani menekankan aspek-aspek pragmatis dalam pembaruan internal dan pengembangan diri, termasuk pendidikan teknik dan ilmiah. Meskipun sebagai pengagumnya menunjuk pada ucapan-ucapan pro-konstitusional yang sangat jarang dari Al-afghani, hal ini sebagian besar terbatas di Mesir, pada akhir 1870-an, ketika konstitusi menjadi isu praktis. Dia kerap bekerja sama dengan penguasa otokratis, dan baru menjelang akhir hayatnyalah dia menyatakan penyesalan serta berbicara tentang perlunya membangkitkan rakyat.

Al-Afghani adalah salah seorang tokoh Muslim modern pertama yang terlibat dalam upaya-upaya politik aktivis, yang memberikan pengaruh yang abadi. Di Mesir, dia menyampaikan ceramah umum, membangkitkan semangat dan menulis di surat kabar serta menggunakan masonic lodge untuk tujuan-tujuan politiknya. Di Iran, dia membangkitkan oposisi terhadap konsesi asing dan juga mendorong pembentukan organisasi oposisi rahasia serta penerbita brosur. Bahkan, dia merencanakan pembunuhan atas syah.
Jelas bahwa reputasi Al-Afghani semakin meningkat justru setelah kematianya. Murid utamanya, Muhammad ‘Abduh, kendatipun menanggalkan aktivisme politik Al-Afghani, dia meneruskan satu aspek dari upaya Al-Afghani ketika mencoba mengembangkan penafsiran modern dan pragmatis atas Islam. Murid ‘Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, secara khusus menekankan pengaruh Al-Afghani, sekalipun dalam penekanan pada Islam, Ridla lebih konservatif. Al-Afghani bersama ‘Abduh, Ridla, dan tokoh lain__terutama di Afrika Utara__sering dicirikan sebagai kaum Salafiyah, yaitu mereka yang menginginkan kembali pada jalan pengikut-pengikut awal Muhammad. Meskipun Al-Afghani kadang-kadang berbicara dengan semangat seperti itu, gagasan-gagasannya tidak mengandung tekanan khas Salafiyah. Namun, dia mungkin selaras dengan Salafiyah karena mengidentifikasi dirinya sebagai pembaru dan aktivis Muslim. [Lihat Salafiyah dan biografi ‘Abduh, Muhammad dan Ridla, Muhammad Rasyid.]
Pan-Islam__baik dalam pengertian kesatuan politis maupun kesatuan yang lebih umum Negara-negara Muslim, yang menghalangi penaklukan lebih lanjut Eropa atas wilayah-wilayah Muslim__menguat khususnya setelah Mesir ditaklukkan oleh Inggris pada 1882, protektorat Prancis atas Tunisia pada 1881, dan direbutnya wilayah-wilayah Muslim oleh Eropa dalam perang Rusia-Turki dan kongres Berlin pada 1877-1878. Dalam pengertian lebih umum, solidaritas Muslim melawan Barat yang Kristen dan Imperials, Pan-Islam tetap popular hingga sekarang. Hal ini, bersama dengan kegiatan anti-Inggrisnya merupakan alasan mengapa Al-Afghani masih popular di Dunia Muslim ketika para pembaru yang bergaul dengan Barat, seperti ‘Abduh, telah kehilangan popularitas.
Secara lebih umum, Al-Afghani dapat dikatakan mempunyai andil dalam denyut nadi pemikiran Muslim modern, khususnya yang berkaitan dengan politik. Statusnya, menjadikan dia tetap popular di berbagai kalangan individu dan kelompok yang kadang-kadang bertentangan. Mereka yang menekankan pembaruan politik dapat mengutip beberapa artikelnya tentang subjek ini; mereka yang menekankan prinsip dan nilai Islam dapat mengutip artikel sekitar 1880-an tentang Pan-Islam. Meskipun dia sama sekali bukan sosok yang kini disebut sebagai kaum Islamis atau Fundamentalis, keyakinannya pada pemakaian aspek Islam tertentu untuk mempromosikan program politik, memperlihatkan warna pemikiran yang juga dimiliki oleh banyak kaum Islamis. Kaum nasionalis juga dapat menemukan dukungan dalam programnya. Dengan demikian, dia adalah satu diantara sedikit pemikir Muslim yang tetap popular pada zaman liberal diantara perang dunia I dan perang dunia II dan tahun-tahun pascaperang (PD II) maupun pada zaman kebangkitan Islam yang kini tengah berlangsung. Dia terkenal dan banyak diperbincangkan, misalnya di Republik Islam Iran. Tentu saja, kaum Islamis tak pernah menemukan bukti bahwa dia bukan seorang Mukmin sejati serta bahwa pemakaiannya atas tema-tema Islam tidak hanya filosofis dan rasionalis, tetatpi juga sebagian besar instrumental.
Pemakaian argumen yang berbeda dalam kondisi yang berlainan oleh Al-Afghani mendorong munculnya beragam penafsiran. Warisannya berupa penafsiran kembali Islamnya ke arah modernis, pragmatis, anti-imperialis, serta aktivisme politikmya sangat penting bagi Dunia Muslim Modern. [Lihat juga Modernisme; Pan-Islam.]

Komentar

POPULER